Senin, 25 Februari 2013

Satu Hari di Kebun Raya Bogor


Kota Bogor dapat menjadi salah satu alternatif wisata liburan anda di akhir pekan. Letaknya yang tidak jauh dari Jakarta membuat kota ini mudah dijangkau dari Jakarta. Ada banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi ketika di Kota Bogor. Tempat wisata paling utama tentu saja Kebun raya


Untuk menuju Kota Bogor, banyak akses yang bisa dipilih. Anda bisa naik Bis Kota ataupun naik kereta KRL. Untuk akses yang paling cepat anda bisa menggunakan KRL. Anda bisa naik dari stasiun terdekat dengan tempat anda tinggal. Carilah waktu keberangkatan sekitar pukul 8 pagi dengan estimasi perjalanan menuju kota Bogor sekitar 1 jam. Usahakan sarapanlah terlebih dahulu sebelum anda berangkat. Anda tak akan menunggu terlalu lama untuk menunggu KRL datang di stasiun tempat anda naik. Jadwal keberangkatan KRL biasanya hanya terpaut jarak sekitar 15 menit. KRL akan berhenti di stasiun perhentian terakhir yaitu Stasiun Bogor. 



Untuk memasuki kawasan kebun raya ini pihak pengelola Kebun Raya Bogor mengenakan biaya tanda masuk sebesar Rp. 10.000,- per orang. Banyak hal yang bisa ditemui dan dilakukan di kebun raya bogor ini. Selain beraneka ragam tumbuhan, di lokasi ini juga terdapat Istana Presiden yang dikenal dengan nama Istana Bogor. Istana Bogor, dahulu digunakan sebagai tempat tinggal Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles pada awal 1880-an. Beliau memiliki ketertarikan dalam hal botani. Oleh sebab itu, beliau berkeinginan mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik dan hingga sekarang berkembang menjadi Kebun Raya Bogor. 


Ada beberapa daya tarik di kebun raya ini. Salah satu daya tarik utamanya  yaitu adanya bunga raksasa atau bunga bangkai yang terjaga kelestariannya. Banyak orang yang datang ke Kebun Raya Bogor memiliki tujuan ingin melihat bunga yang memiliki aroma khas ini. Meskipun bunga ini tidak mekar setiap hari, nama dan keunikannya mempunyai daya tarik tersendiri. Di samping itu juga disini terdapat jembatan gantung berwarna merah dimana orang sering menamakannya dengan jembatan cinta. Banyak sekali pengunjung yang memanfaatkan lokasi jembatan ini untuk foto-foto. Banyak mitos berkembang tentang keberadaan jembatan ini, Konon katanya jika sepasang kekasih melintasi Jembatan cinta maka hubungan mereka akan putus, tetapi jika yang melintas sepasang sahabat, teman dekat dan jika akhirnya mereka pacaran maka akan langgeng dan sampai kejenjang pernikahan.

Es Krim Ragusa



Di Jakarta kita bisa menemukan banyak sekali tempat nongkrong atau kafe untuk bersantai.  Salah satunya kafe es krim Ragusa. Es krim Ragusa merupakan salah satu kuliner jaman dulu yang masih bertahan hingga sekarang. Kafe es krim ini berdiri sejak tahun 1932 terletak Jl. Veteran I no.10 Jakarta Pusat. Lokasinya tidak jauh dari stasiun Juanda, hanya sekitar 100 meter di seberang stasiun juanda. Lokasinya yang menyempil membuat tidak banyak orang tahu keberadaan kafe es krim ini. Tetapi bagi penikmat es krim akan tahu lokasi ini. Kafe es krim ini eksteriornya tidak terlalu mencolok, hanya papan nama besar yang menunjukkan nama kafe ini yaitu Ragusa.


Saat anda memasuki bangunan tersebut, anda akan melihat kursi-kursi yang terbuat dari rotan dengan model kuno dan meja yang sederhana sebagai pelengkapnya. Di sekeliling dinding ruangan, terpampang foto-foto hitam putih yang menggambarkan potret kafe es krim Ragusa di jaman dulu. Es krim disini menggunakan bahan-bahan berkualitas dan semuanya dibuat secara handmade. Bahkan es krim yang berasal dari Italia ini tidak menggunakan pengawet. Hal ini dilakukan karena Ragusa tetap memperhatikan rasa dan kepuasan pelanggannya.

Ada banyak pilihan menu di kafe ini, untuk menu yang paling banyak dipesan oleh pengunjung yakni banana split dan spaghetti. Es krim ini punya citarasa yang khas. Harga es krim disini masih terjangkau semua kalangan. Harga es krim mulai dari Rp 10.000,- sampai Rp 30.000,-. Di bagian depan kafe ini juga ada penjual otak-otak dan rujak juhi yang dapat menjadi makanan pendamping untuk menemani es krim Anda.

Selasa, 19 Februari 2013

Sensasi Gunung Nglanggeran



Anda ingin merasakan sensasi naik gunung? Tidak usah jauh-jauh anda mendaki semeru ataupun gunung api lainnya. Di Yogyakarta tepatnya di Gunungkidul ada sebuah lokasi yang menjadi tujuan wisata alam yang menantang. Lokasi ini dinamakan dengan Gunung Nglanggeran. Ya, anda tidak salah menyebutkan lokasi ini dengan nama gunung karena memang lokasi ini pada jaman dahulu kala adalah sebuah gunung berapi yang aktif. Namun sekarang gunung berapi itu telah mati dan hanya tinggal menyisakan fosilnya saja. Fosil gunung ini punya kontur unik yang tersusun oleh material vulkanik.


Untuk mencapai lokasi ini tidaklah sulit. Anda bisa melalui Jalan Wonosari, tidak jauh setelah anda melewati gapura selamat datang di Gunung kidul ada belokan ke kiri yang mengarahkan anda menuju Gunung Nglanggeran. Perjalanan dari jalan wonosari tidaklah jauh hanya sekitar 7 Km. Setelah anda melewati kawasan menara pemancar stasiun TV dari kejauhan akan terlihat sebuah bongkahan batu raksasa yang menyambut kita. Itulah Gunung Nglanggeran. Gunung Nglanggeran ini berlokasi tepatnya di kawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl,  di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk dengan jarak tempuh 22 km dari kota Wonosari . Kawasan ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan dan secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Dari hasil penelitian dan referensi yang ada, dinyatakan gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba.


Ketika sampai di lokasi kita disambut sebuah bangunan joglo di pintu masuk. Terlebih dahulu kita membayar retribusi seharga Rp. 3000,- sebelum mendaki. Di titik awal pendakian telah terpampang peta jalur pendakian gunung. Saat ini jalur pendakian telah ditata cukup apik dan di setiap persimpangan terdapat papan penujuk jalan kemana anda harus berjalan untuk melanjutkan pendakian, sehingga dapat membantu pengunjung terutama bagi yang baru pertama kali mengunjungi tempat ini. Ada berbagai rintangan yang harus dilewati pengunjung. ada rintangan yang mengharuskan anda untuk merangkak melewati celah batu, ataupun memanjat dengan derajat kemiringan yang besar. Sepanjang pendakian kita akan disuguhi pemadangan unik dan indah disekelilingnya berupa sawah nan hijau. Kurang lebih sekitar 2 jam pendakian kita akan sampai di puncak nglanggeran yang dinamakan dengan gunung gede. Pemandangan dari atas puncak gunung benar-benar spektakuler. Sejauh mata memandang berupa hamparan hijau yang menyerupai lukisan.


Lokasi ini memang cocok untuk para pencinta panjat tebing, tracking, jelajah wisata dan bekemah. Banyak wisatawan lokal, dan ada juga sesekali wisatawan asing mengunjungi gunung Nglanggeran untuk menikmati keindahan pemandangan, mencoba menaklukkan batu-batu besar untuk didaki, dan banyak juga yang hanya sekedar melepas kepenatan seusai ujian dan kebisingan kota.

Rabu, 13 Februari 2013

Warung Bu Ageng



Kota Yogyakarta selain sebagai kota pelajar, budaya dan pariwisata juga dikenal sebagai kota kuliner. Di Kota ini kita bisa mendapatkan berbagai jenis makanan baik yang modern atau tradisional. puluhan bahkan ratusan rumah makan berdiri menawarkan berbagai konsep untuk menarik minat  pengunjung. Salah satu konsep rumah makan yang menghadirkan suasana rumah yang nyaman adalah warung Bu Ageng. Mungkin sebagian dari warga Kota Yogyakarta belum banyak mengenal keberadaan rumah makan ini. Rumah makan yang terletak di Jalan Tirtodipuran ini dimiliki oleh seorang seniman ternama Butet Kertaredjasa. Nama Bu Ageng diambil dari nama panggilan istri Butet Kertaredjasa. Rumah makan ini menawarkan menu masakan omah, artinya menu makanan yang disajikan adalah menu makanan yang kerap ditemui di lingkungan rumah sehari-hari.

Nasi Campur
Nasi Pecel Mantaapp
Untuk menjangkau lokasi warung makan ini cukup mudah. Anda tinggal mengarahkan laju kendaraan anda ke perempatan plengkung gading. Dari plengkung gading anda tinggal mengambil jalan lurus ke selatan sampai menemui perempatan. Dari perempatan anda tinggal mengarahkan kendaraan anda ke arah kiri di jalan tirtodipuran, tidak jauh dari situ di kiri jalan warung makan bu ageng sudah bisa ditemui dengan papan nama yang cukup besar. Melihat bentuk bangunannya, nuansa jawa sangat kental terasa ketika anda memasuki rumah makan ini. Rumah makan di desain menyerupai rumah-rumah joglo pada jaman dulu, sehingga menambah kesan nyaman bagi pengunjung. Di salah satu sisi dindingnya di pasang deretan foto-foto para seniman dan tokoh masyarakat yang berasal dari Yogyakarta. Biasanya sisi dinding ini kerap dijadikan objek foto para pengunjung yang datang ke rumah makan ini.

Eyem Penggeng
Menu masakan di Warung Bu Ageng merupakan menu masakan Jawa dengan perpaduan masakan kalimantan. Menu makanan yang paling banyak dipesan adalah eyem penggeng (ayam panggang) dan  Nasi Campur. Eyem Penggeng berupa potongan ayam yang cukup besar dipanggang dan disajikan dengan bumbu areh yang gurih. Bukannya berpromosi, menurut saya rasa eyem penggeng ini sangat enak dan gurih. Ayamnya empuk,  apalagi disertai bumbu areh yang rasanya manis gurih. Untuk Nasi Campur terdiri dari nasi putih, tuna kering, potongan kentang, sambal kutai dan kerupuk. Pilihan lauknya bermacam-macam yaitu baceman kambing, ayam bakar suwiran dan lele njingkrung. Disini juga ditemui menu makanan yang biasa kita temui di rumah seperti pecel, sayur bobor, sayur lodeh ataupun tempe garit. Di samping menu utama tadi, disini juga tersedia hidangan penutup. Menu yang paling banyak dicari adalah Bubur Duren. Isinya berupa potongan buah durian dan roti disajikan dengan kuah santan, dicampur dengan gula merah. Rasanya sedap sekali.

Vintage Abis
Rumah makan ini patut dijadikan referensi ketika anda sedang menginjakkan kaki di Yogyakarta. Harga makanan disini masih terjangkau untuk semua kalangan. Untuk harga makanan berkisar antara 10.000 – 30.000 sedangkan untuk minuman berkisar antara 5.000 – 10.000. Kalau anda beruntung Butet Kertaredjasa kerap ikut menemani pengunjungnya untuk menikmati hidangan sambil ngobrol-ngobrol santai.

Lorong Tua Kotagede



Kotagede selama ini dikenal sebagai pusat kerajinan perak di Yogyakarta. Kerajinan perak memang telah lama menjadi ikon dari kawasan kotagede di bidang pariwisata. Namun banyak dari kita yang belum mengetahui bahwa kotagede mempunyai nilai historis tinggi. Masih banyak yang belum mengetahui bahwa di kotagede terdapat situs bangunan-bangunan berarsitektur unik peninggalan kerajaan mataram islam pada jaman lampau. Sangatlah mudah untuk menuju ke kawasan kotagede, banyak papan penunjuk jalan yang mengarahkan anda menuju ke kawasan kotagede. Ketika anda akan memasuki kotagede anda akan disambut gapura bertuliskan selamat datang di kawasan kotagede. Jalanan di kawasan kotagede terbilang sempit sehingga anda harus berhati-hati ketika melewatinya. Sebaiknya saya sarankan anda menggunakan motor saja untuk menuju ke kawasan ini, selain mudah mencari parkir anda dapat sedikit leluasa dalam mengendarai jalanan di kawasan kotagede.


Kampung tua Kotagede ini terletak di sebelah barat Masjid Agung Kotagede. Anda dapat memakirkan kendaraan anda di lingkungan masjid atau di parkiran motor sekitar pasar kotagede. Untuk menuju ke lorong kampung kotagede anda dapat berjalan kaki sejauh 300 meter untuk sampai di depan gerbang lorong kampung tua kotagede. Jalan menuju kampung tua kotagede merupakan gang sempit yang hanya mempunyai lebar 2 meter. Yang disayangkan gang ini memang sangat ramai oleh lalu lintas kendaraan warga sekitar, meskipun gang sempit tetapi para warga memacu kendaraan dengan cukup kencang sehingga anda diharuskan untuk berhati-hati. Ironis memang, jalanan kampung wisata yang seharusnya aman buat para pejalan kaki malah digunakan sebagai jalan pintas warga untuk menghindari kemacetan.

Tidak terlalu jauh ketika anda memasuki lorong ini anda akan menjumpai sebuah bangunan unik yang mencolok. Bangunan ini memiliki arsitektur unik dimana di dindingnya terdapat motif ornamen yang cantik dan relief-relief tokoh pewayangan. Bangunan ini diketahui dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Rudy Pesik, sehingga warga sekitar menamakannya dengan rumah pesik. Bangunan rumah ini sering dijadikan tempat pemotretan model ataupun pre wedding karena keunikannya, Kla Project dulu juga pernah melakukan syuting video klip “Yogyakarta” di tempat ini. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi bangunan-bangunan unik tempo dulu. 


 Di beberapa bangunan telah diberikan keterangan mengenai sejarah dan fungsi dari bangunan tersebut, namun ada juga beberapa bangunan yang belum terawat sehingga terlihat terbengkalai.  Perjalanan dilanjutkan hingga menuju sebuah persimpangan gapura yang dinamakan pos malang. Dari pos malang arah ke kanan terdapat sebuah bangunan unik yang dinamakan Omah UGM. Bangunan ini dulunya adalah milik keluarga Parto Darsono. Setelah kejadian gempa pada tahun 2006 , bangunan ini dibeli oleh UGM kemudian dibangun menjadi kawasan pelestarian budaya. Bangunan ini sering digunakan untuk kegiatan masyarakat di bidang pelestarian budaya. 


Sebenarnya masih banyak bangunan-bangunan tua di kotagede yang belum terjamah. Namun dikarenakan belum adanya pemandu yang khusus mempelajari kawasan kota tua ini, kita jadi tidak tahu banyak tentang sejarah kampung tua kotagede secara keseluruhan. Kawasan ini sekarang lebih banyak digunakan sebagai tempat hunting foto saja baik oleh fotografer profesional atau amatiran.