Mungkin teman-teman di angkatan 90-an masih ingat objek wisata kalikuning atau kaliadem. Pada jaman itu, lokasi tersebut memang lagi booming. Udara yang dingin ditambah pemandangan yang indah membuat lokasi wisata tersebut menjadi primadona pada saat itu. Namun seiring waktu karena bencana awan panas merapi kedua lokasi wisata itu sekejap menjadi lenyap dan hancur, begitu pun dengan desa tempat mbah maridjan tinggal. Namun saat ini sisa-sisa bekas letusan merapi tersebut malah menjadi objek wisata yang menarik.
|
tempat persewaan Jeep |
Sekarang lokasi wisata ini menjadi salah satu lokasi favorit pengunjung yang berwisata ke Jogja Lokasinya cukup mudah dijangkau. Kalau anda berangkat dari Jogja, bisa
langsung ke Jalan Kaliurang. Begitu anda sampai di Pakem ambil kanan lurus ke jalan Kalasan –
Pakem. Ikuti saja papan petunjuk ke arah
Cangkringan / Kinahrejo, nanti ujung dari jalan tersebut akan ketemu areal
parkir yang cukup luas. Sebelum sampai tempat itu, kira 1-2 km
sebelumnya kita harus membayar karcis masuk, Rp3000/per orang.
|
Menembus Tambang Pasir Merapi |
Sebenarnya, dari tempat pembayaran tiket masuk sampai di area parkir,
pengunjung sudah bisa melihat-lihat sisa-sisa keperkasaan Merapi. Dari
rumah yang hancur, maupun pohon-pohon yang terbakar. Namun kalau sempat
melihat di awal-awal bulan setelah letusan Merapi, maka sekarang sudah
agak terasa perbedaannya. Kalau dulu terasa gersang, sekarang sudah
mulai hijau kembali. Tapi kalau mau melihat area yang lebih luas, bekas
aliran lahar maupun awan panas, batu-batu raksasa yang keluar dari mulut
merapi, silahkan di coba dengan menyewa jeep yang tersedia di area
parkir. Harga sewa jeep bervariasi, tergantung paket yang kita pilih.
Harga paket penyewaan jeep searah dengan banyaknya lokasi
kunjungan/durasi waktu yang kita pilih. Kisarannya antara Rp250 ribu
s.d. Rp450 ribu.
|
Rumah Bekas Erupsi Merapi |
Dari perjalanan, selain menikmati perjalanan dengan jeep terbuka dan
menikmati sejuknya udara di lereng Merapi, kita juga bisa melihat dan
membayangkan ketika lahar panas menerjang ketika melewati sungai yang
dulu menjadi aliran lahar, kemudian awan panas wedhus gembel menyapu
yang sisa-sianya masih terlihat dari rumah yang hancur atau sisa-sisa
pohon yang terbakar, batu-batu ukuran raksasa yang membayangkan
mengangkatnya saja rasanya tidak mungkin, beterbangan, dan juga
menyaksikan sebuah desa yang tenggelam dalam lautan batu dan pasir. Kami
juga sempat mampir ke Museum Bekas Merapi, dimana kami bisa melihat
dampak erupsi merapi pada berbagai peralatan rumah tangga, sepeda motor
maupun binatang ternak.
Saya malah pinginnya masuk hutan, ga usah naik jeep. Dulu sebelum kaliadem rata dengan pasir masih enak bisa keluar masuk hutan sesuka hati.
BalasHapus