Jumat, 22 Desember 2017

Akhirnya Menginjakkan Kaki di Batam


Akhirnya dalam suatu kesempatan saya dapat menginjakkan kaki di salah satu pulau terluar Indonesia. Kenapa bisa disebut terluar? karena Batam langsung berbatasan dengan Negara Singapura. Batam menjadi salah satu destinasi yang ingin saya datangi karena mendengar berbagai info dari teman bahwa Batam adalah kota yang sudah sangat berkembang, tata kota yang rapi dan bersih ditambah pemandangan pantainya yang juga indah. Sebagai informasi berdasarkan kutipan dari Wikipedia bahwa Batam merupakan kota terbesar di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Batam salah satu wilayah di Indonesia dengan letak yang strategis karena terletak di jalur pelayaran Internasional. Ditambah lagi yang letaknya berdekatan dengan Singapura dan Malaysia menjadikan Batam menjadi Kota nomor 3 terbesar sebagai pintu masuk yang paling banyak dilewati orang dari luar negeri setelah Jakart dan Bali.

Masjid Raya Batam

Saat pertama kali menginjakkan Kota Batam terlihat sekali bahwa kota ini sedang bertumbuh dengan pesat. Banyak Jalan yang diperlebar, sesekali melihat pembangunan flyover di perempatan. Di samping itu sudah banyak hotel, mall dan apartemen yang berdiri megah. Tatanan kotanya untuk ukuran pulau kecil tergolong sangat rapi dan bersih. Karena letaknya yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia disini juga seringkali ditemui orang-orang dengan etnis Cina dan Melayu. Sayangnya banyak dari mereka yang menjadikan Kota Batam hanya sebagai transit saja. Padahal di Kota ini kita dapat menemukan potensi-potensi wisata yang tidak kalah indahnya dibandingkan dengan Kota-kota besar lainnya di Indonesia. Terdapat beberapa bangunan yang menjadi ikon dari Kota Batam itu misalnya Masjid Raya Batam. Masjid yang sangat besar ini terletak di daerah Batam Center dan masih satu wilayah dengan Pusat Pemerintahan Kota Batam.

Ikon Batam

Tempat lain yang tidak kalah ikonik adalah Jembatan Barelang. Lokasinya memang cukup jauh dari Pusat Kota Batam sekitar 30 menitan. Jembatan ini menjadi ikon yang paling banyak didatangi baik oleh warga Batam atau wisatawan dari luar. Jembatan Balerang adalah jembatan yang menghubungkan pulau-pulau yaitu Batam, Rempang dan Galang, kemudian disingkat menjadi Balerang. Masyarakat juga menyebut sebagai jembatan Habibie karena beliau yang memprakarsai pembangunan jembatan itu untuk memfasilitasi ketiga pulau itu. Saat saya kesana memang banyak orang yang tengah mangabadikan pemandangan Jembatan baleran di kameranya. Jembatan ini memang sangat besar dan ikonik, dari jauh tiang pancang jembatan sudah terlihat begitu jelas.


Di Batam juga terkenal akan pantai-pantainya yang indah. karena merupakan daerah kepulauan tak heran pantai dijadikan sebagai salah satu lokasi wisata populer. Salah satu pantai yang populer di batam adalah Pantai Ocarina. Bentuk rupa pantai ocarina sangat mirip dengan pantai yang ada di Ancol. disini kita dapat menemukan wisata pantai yang komplit karena pantai ini juga dilengkapi dengan berbagai wahana permainan di tepi pantainya. Sebenarnya masih banyak tempat di Batam yang belum saya datangi, perlu diagendakan lagi sepertinya apalagi saya belum sempat ke Singapura yang letaknya "hanya" selemparan batu saja dari Pulau Batam.

Selasa, 04 Juli 2017

Yuk Mengenal Dialek Bahasa Jawa "Ga Ge Go" khas Pati, Rembang dan sekitarnya


Indonesia memang dianugerahi kekayaan budaya yang sangat beragam, mulai dari bahasa, baju daerah kebiasaan suku bangsa, makanan, dll. Bahasa daerah merupakan simbol budaya yang cukup bisa menggambarkan kekayaan budaya tersebut di Indonesia. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Negara Indonesia. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa terbesar di dunia dengan jumlah pengguna sekitar 80 juta orang dan merupakan bahasa daerah terbesar. Apabila kita membicarakan bahasa jawa tentu sangat beragam jenisnya. Di Jawa Tengah misalnya, antar kota yang dalam 1 provinsi pun bisa berbeda jenis bahasa jawanya.

Pelabuhan Juwana Pati
Bahasa Jawa memang sangat beragam dan keragaman ini masih terpelihara sampai sekarang. Terdapat beberapa dialek bahasa jawa yang khas, dimana saat  seseorang berbicara dengan dialek jawa tertentu kita akan langsung mengetahui asal kota orang tersebut. Yang kita kenal selama ini mungkin dialek 'ngapak' khas banyumasan dan sekitarnya, dialek khas 'arek' Jawa Timur atau dialek bahasa jawa 'medhok' ala Jogja dan Solo. Namun belum banyak yang mengetahui dialek bahasa jawa yang sering dituturkan oleh orang-orang asli Pesisir utara Jawa Tengah bagian Timur. Saya menyebutnya dengan dialek "ga ge go" atau dialek khas pantura Jawa Tengah bagian timur. Dialek ini biasa dituturkan di wilayah Pati, Rembang, Blora, dan sebagian di Tuban Jawa Timur. Dialek ini memang agak asing buat orang yang mendengarnya sekalipun dia berasal dari Jawa Tengah. Saya pun yang sebagai orang Jogja butuh waktu sekian detik buat mendengarkan dan mencerna apa yang dikatakan orang-orang dari wilayah tersebut.

Blora, Kota dimana Bahasa Jawa "Ga Ge Go" sering dituturkan

 Ada beberapa ciri khas yang menonjol dari dialek ini. Misalnya penggunaan akhiran "em" atau "nem" untuk menggantikan akhiran "mu" kata ganti orang. Misalnya "bapakmu" jadi "bapak'em" atau "sepedamu" jadi "sepedanem". Ciri khas lain yang begitu menonjol dan ciri khas ini akan lebih terdengar saat mengobrol dengan mereka yakni tambahan bunyi "aaaaa" (dengan suara lembut dan agak bergoyang) saat mengucap kata-kata tertentu. Misalnya seperti kata "Ayo" jadi "Ayo..aaaa" atau kata "uwis" jadi 'uwis.. aaa". Ciri khas lain yang menonjol juga adalah tambahan kata "leh" atau "go" saat menuturkan kata-kata tertentu. Misalnya "Piye leh kabare" atau " Ojo ngono goo". Menarik memang kalau kita berkesempatan mengobrol dengan orang-orang dari daerah tersebut karena dapat menambah wawasan budaya Jawa. Untuk kata-kata dalam bahasa Jawa sebagian besar tidak jauh berbeda dengan Kota-kota lain di Jawa Tengah, namun dengan dialek yang khas dan cara bertutur kata yang agak cepat membuat kita yang berasal dari luar wilayah tersebut perlu waktu sekian detik untuk mencerna dan memahami.
 

Rabu, 25 Januari 2017

Yuk mengenal lebih jauh tentang Kabupaten Lahat




Pusat Kota Lahat
 Lahat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Sumatera Selatan. Jarak dari Ibukota Provinsi Palembang sekitar 220 kilometer atau 6 jam perjalanan menggunakan kendaraan darat. Kabupaten Lahat dulu mempunyai wilayah yang sangat luas sebelum adanya pemekaran Kabupaten Pagaralam dan Kabupaten Empat Lawang. Kabupaten Lahat sebenarnya hanya terdiri 7 kecamatan induk yaitu Lahat, Kikim, Kota Agung, Jarai, Tanjung Sakti, Pulau Pinang, dan Merapi. Namun pasca pemekaran, jumlah Kecamatan di Kabupaten Lahat bertambah menjadi 22 kecamatan.

SMK 1 Lahat

Saat saya mengunjungi Kabupaten Lahat terlihat bentuk kota ini hampir sama dengan sebagian besar Kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Jawa. Pusat keramaian dan kehidupan masyarakat ada di pusat kota, dimana terdapat pertokoan, pasar, alun-alun dan gedung perkantoran. Begitu kita menepi sedikit dari pusat kota yang ada hanyalah sawah dan pegunungan dengan beberapa rumah penduduk yang terlihat jarang. Namun karena kota kecil, suasana sangat kontras antara pusat kota dengan pinggiran kota yang hanya berjarak beberapa kilometer saja dari pusat kota. Di pusat kota lalu lalang kendaraan cukup banyak. Banyak orang beraktivitas di kota, ada yang sedang belanja, bekerja, sekolah, dll. Namun begitu kita menepi ke pinggiran kota suasana sangat sepi bahkan jarang terdapat kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan. Yang mencolok di Kota Lahat saat pagi hari banyak bermunculan warung kopi. Ternyata minum kopi juga telah membudaya bagi sebagian besar masyarakat Lahat. Paduan minum kopi adalah gorengan dan martabak. Agak aneh juga sarapan ala Kota Lahat dengan kopi dan martabak.

Gorengaaan
Bukit Selero
 Secara umum Kota Lahat adalah kota yang sejuk dengan panorama alam yang indah. Karena di kelilingi pegunungan membuat kota ini terlihat cantik. Ada satu bukit yang menarik perhatian saya saat di Lahat yakni bukit selero atau bukit jempol. Dikatakan bukit jempol karena dari jauh bukit ini terlihat seperti bentuk tangan yang mengepal dengan jempol yang teracung ke atas. Bukit ini menjadi icon wisata di Kota Lahat. Di samping itu juga terdapat Gunung Dempo yang secara administratif masuk di Kabupaten Pagaralam namun pemandangan gunung dapat terlihat jelas di Pusat Kota Lahat.